Selasa, Juli 17, 2007
Walaupun sekecil biji sawi, pasti ada harapan bahwa tim sepakbola Indonesia bisa menaklukkan kesebelasan Korea Selatan. Terlebih Korsel tumbang oleh Bahrain 1-2, yang pernah dikalahkan Indonesia pada laga perdana Group D. Harapan mengalahkan Korsel memang amat kecil, terlebih selama seperempat abad terakhir, rasanya belum pernah Indonesia mengalahkan Korsel, kesebelasan yang langganan masuk piala dunia. Tapi komentator banyak yang bilang, bola itu bulat, dalam bulatan ada tak terhingga kemungkinan, meski jatuh-jatuhnya, kalo gak menang, kalah atau seri.
Harapan untuk menang di pada Rabu ini itulah yang kini membuat seluruh rakyat Indonesia harap-harap cemas, bukan cuma pecinta sepakbola saja, tapi yang gak pernah nonton bola dan gak hobi bola pun kini banyak yang berkumpul di depan televisi sebagai wujud dukungan mereka terhadap tim PSSI ini. Senayan kini sedang menyaksikan betapa bergairahnya penonton Indonesia. Tiket selalu habis bahkan ada yang rela untuk membeli dari calo untuk menyaksikan tim PSSI kita.
Fanatisme luar biasa terhadap sepakbola Indonesia ini sudah agak lama terkubur. Kekalahan demi kekalahan yang merundung kesebelasan Indonesia telah membuat terkulainya fanatisme itu. Terlebih kemudian muncul fanatisme sepakbola kedaerahan yang berlebihan, yang tak jelas apa kaitannya dengan prestasi sepakbola nasional.
Alangkah besar harapan yang kini bangkit itu. Alangkah dahaga Indonesia akan kemenangan di lapangan sepakbola. Alangkah bahagiannya publik Indonesia ketika melihat tim Merah Putih mengalahkan Bahrain, kegembiraan itu seakan-akan Indonesia sudah menjadi juara Piala Asia saja.
Penampilan pasukan Indonesia memang mengesankan, inilah cara bermain timnas PSSI yang banyak diharapkan publik Indonesia selama ini. Bahkan saat melawan Saudi Arabia timnas kita juga telah bermain baik, andai saja gol dimenit injury time itu tidak terjadi, tentu lain ceritanya. Sikap protes PSSI dan bahkan Presiden SBY atas kepemimpinan wasit Al Badwawi dari UEA juga mencerminkan betapa harapan Indonesia telah dipupus oleh ketidakberesan kepemimpinan wasit di lapangan. Protes itu juga diwujudkan dengan demonstrasi supporter Indonesia kepada panitia AFC (jarang-jarang lho panitia sepakbola di demo).
Sikap fanatisme semacam ini cukup membanggakan, walaupun hasil dilapangan belum ada sejarahnya akan berubah dengan protes seperti itu, terlebih protes dari pihak yang kalah memang kerap terjadi.
Tak ada gunanya menengok kebelakang, kini timnas PSSI butuh dukungan dan doa seluruh rakyat Indonesia, mari tunjukkan kita adalah tuan rumah yang baik, tapi juga mari kita tunjukkan bahwa tim kita bukan cuma tim kemarin sore, tim yang mendapat tiket piala asia hanya karena faktor tuan rumah, Vietnam telah mendahului sebagai tuan rumah yang lolos, kini giliran Indonesia untuk membuktikan kalau sepakbola bukan hanya soal peringkat FIFA, bukan hanya soal pemain kelas dunia, ataupun langganan piala dunia, maju terus timnas Indonesia!!, dukungan dan doa rakyat selalu bersamamu!.
Label: Piala Asia, Sepakbola
Jadi Komentator